Mengulik tentang JIMPITAN

“Jimpitan”, istilah ini mungkin terdengar asing bagi banyak orang. Tapi tidak bagi mereka yang lahir dan tumbuh di desa . Jimpitan adalah kebiasaan menghimpun iuran yang dilakukan oleh warga di sejumlah desa atau kampung.

Berbeda dengan iuran lainnya, jimpitan dilakukan dengan cara yang unik. Untuk menghimpun jimpitan, orang-orang desa menggantungkan wadah kecil di depan atau di samping rumah mereka. Ada juga yang meletakkannya di pagar rumah. Wadah-wadah itu berupa gelas plastik bekas kemasan air mineral atau kaleng kecil bekas kemasan susu. Secara rutin pemilik rumah mengisi wadah-wadah itu dengan beras atau uang receh. Apa yang diisikan biasanya disepakati terlebih dahulu.

Biasanya wadah-wadah tersebut diisi beras. Lalu secara berkala beras-beras tersebut dikumpulkan dari wadah jimpitan yang ada di setiap rumah oleh petugas kampung setiap sore.

Tapi kini bukan lagi beras yang diisikan sebagai iuran, melainkan sekeping uang Rp. 500 yang setiap hari diletakkan di wadah tersebut. Uang itu akan dikumpulkan oleh petugas

masio sitik suwe-suwe yo akeh

Meski terkesan sepele, namun jimpitan mengandung makna kerelaan dan kental dengan semangat gotong royong. Sebuah nilai yang mulai luntur di tengah-tengah masyarakat. Tak ada paksaan setiap warga harus memberikan Jimpitan. Tapi saat ngabuburit berjalan-jalan di sekitar rumah saya melihat wadah jimpitan di hampir semua rumah tetangga.

Beras atau uang hasil iuran jimpitan digunakan untuk kepentingan bersama. Dahulu saat jimpitan berupa beras, beras yang terkumpul biasa digunakan untuk menyumbang tetangga yang punya hajatan atau dimasak saat ada acara kampung seperti syukuran 17 Agustus. Beras-beras itu juga dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Saat ini ketika iuran jimpitan sudah berganti dengan uang, fungsi kegotongroyongan itu tetap dipertahankan. Uang Rp. 500 yang dikumpulkan setiap malam dari setiap rumah warga digunakan untuk berbagai keperluan kampung. Uang jimpitan tersebut juga digunakan untuk biaya operasional ronda seperti memperbaiki pos ronda dan uang kopi bagi warga yang bergiliran berjaga setiap malam.

Jimpitan adalah salah kearifan lokal masyarakat desa yang perlu dipelihara. Kesadaran untuk menjaga dan mewujudkan kemakmuran lingkungan tempat tinggal secara bersama-sama ini patut ditiru. Sepertinya kita memang perlu banyak belajar dari desa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *